Selamat datang di glen's blog

Blog ini merupakan alternatif tempat saya menulis dan menyadur artikel-artikel favorit saya. Tulisan berkisar seputar teknologi informasi, musik, buku, pendidikan, dan juga seputar hoby saya menunggangi kuda besi, pejuang airsoftgun, dan . Opini saya tulis dalam Bahasa Indonesia.

TEKNIK BUDIDAYA IKAN BOTIA

TEKNIK BUDIDAYA IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus, Bleeker)


                                                           


1.1    Latar Belakang
Menurut penelitian dari Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar (LRBIHAT),  ekspor ikan hias Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sementara itu rata – rata pertumbuhan permintaaan negara pengimpor ikan hias mencapai 15 % per tahun.  Negara – negara yang dikenal sebagai negara pengimpor ikan hias utama didunia antara lain Amerika Serikat (AS), Jerman, Inggris, Belanda, Belgia, Prancis, Kanada, Jepang, Taiwan, dan juga beberapa negara dikawasan timur tengah.  AS merupakan negara pengimpor terbesar, dengan sekitar 70 % persediaan ikan hias dipasar dunia diserap negara ini.
Di sisi lain, negara – negara di Asia Tenggara merupakan negara pemasok terbesar ikan hias, mampu memasok sekitar 60% kebutuhan ikan hias dunia. Indonesia, yang merupakan produsen ikan hias utama, memasok sekitar 15 % pasokan ikan hias dunia.  Singapura tercatat sebagai pengekspor terbesar.  Konon ikan – ikan yang di ekspor singapura merupakan ikan ekspor dari Indonesia, Filipina, dan Malaysia.
Berkat keunggulan ekonomi dan infrastruktur transportasinya, Singgapura mampu menjadi salah satu pusat perdagangan dunia di Asia.  Tanpa sumber daya alam pun, Singapura dapat menjadi pengekspor ikan hias terbesar di dunia.  Singapura mrngimpoor ikan – ikan hias dari negara tetangga dengan harga murah, memeliharanya selama beberapa waktu dan kemudian menyortirnya sesuai permintaan pasar Eropa dan AS.  Dengan cara ini Singapura dapat menjadi eksportir utama dan meraup keuntungan besar dari pasar ikan.
Ikan Botia (Botia macracanthus, Bleeker) atau Clown loach merupakan spesies ikan hias air tawar asli Indonesia yang banyak ditemukan di perairan umum di Sumatra dan Kalimantan, memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas potensial untuk ekspor ke mancanegara terutama Asia, Amerika Serikat dan beberapa Negara Uni Eropa.  Ikan ini diketahui pertama kali di ekspor keluar negeri pada tahun 1935.
Kendala yang dihadapi saat ini yaitu ketersedian benih karena masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam.  Hasil tangkapan setiap tahunya berfluktuasi, tergantung pada musim dan cenderung menurun.  Hal ini karena botia belum dapat di tangkarkan dan produksinya masih mengandalkan tangkapan dari alam.  Oleh karena itu diperlukan teknologi pembenihan sebagai upaya perlindungan dan pengelolaan plasma nutfah ikan asli Indonesia.
Selain itu, ada peraturan pemerintah untuk menjaga kelestarianya sehingga ada larangan untuk menangkap atau memperdagangkan botia berukuran lebih dari 15 cm.  Bila tidak diimbangi dengan usaha pengembang biakannya, pengambilan usaha pengembang biakan ikan botia dari alam yang dilakukan secara terus-menerus dapat merusak populasi ikan hias ini.
Kekhawatiran akan punahnya ikan botia mulai terjawab setelah pemijahan terkontrol terhadap ikan jenis yang berhasil dilakukan. Penelitian botia mulai dilakukan sejak tahun 1990-an oleh loka riset budidaya air tawar ( BBAT ), Sukabumi, dan loka riset budidaya ikan hias air tawar, Depok.  Loka riset budidaya air tawar adalah lembaga yang memulai usaha pengembang biakan ikan botia secara buatan ( induced breeding ).  Keberhasilan ini, selain mendatangkan keuntungan ekonomi, secara tidak langsung juga dapat mengurangi penangkapan ikan botia di alam.
Teknologi pembenihan dan pemeliharaan ikan botia perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas agar semakin banyak pihak yang terlibat dalam pengembang biakan ikan ini.  Pengembang biakan ikan botia ini selain untuk kebutuhan ekonomi juga untuk kepentingan ekologi, yaitu melalui restocking atau penebaran kembali kealam liar.

1.2     Tujuan
Beberapa tujuan yang di peroleh penulis dalam pembuatan paper ini, adalah sebagai berikut :

1.      Untuk mengetahui sumber induk yang di gunakan dalam Pembenihan Ikan Botia
2.      Mempelajari teknik Pembenihan Ikan Botia dengan pemijahan buatan menggunakan ovaprim
3.      Untuk mengetahui permasalahan apa saja yang timbul dalam melaksanakan Pembenihan Ikan Botia

1.3.  Batasan Masalah
               Mengetahui cara dan teknik pemijahan atau pengembang biakan ikan botia sebagai salah satu cara mencegah ikan ini dari kepunahannya.
BAB II.  BIOLOGI IKAN BOTIA ( Botia macracanthus )

2.1.   Klasifikasi Ikan Botia ( Botia macracanthus )
Didalam buku Saanin (1984) disebutkan bahwa genus botia memiliki 2 spesies, yaitu Botia macracanthus dan B. hymenophysa. Sedangkan  Kottelat, dkk(1993), dalam buku Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi, mencatat adanya tiga spesies.  Selain kedua spesies tersebut, satu spesies lainnya adalah B. reversa.
Botia macracanthus ( Gambar 1) mempunyai 3 pita hitam yang melingkari tubuhnya, sedangkan B. hymenophysa dan  B. reversa masing – masing mempunyai 13 – 15 pita dan 12 pita.  Menurut Darti dkk. (2007), klasifikasi ikan botia sebagai berikut :
Fillum              : Chordate                                                                                 
Kelas               : Osteichthyes
Subkelas          : Actinopterygii
Ordo                : Teleostei
Subordo          : Cyprinoidea
Famili              : Cobitidae
Genus              : Botia
Spesies            : macracanthus
Nama latin       : Botia macracanthus, Bleeker

2.2.    Morfologi
            Bentuk tubuh ikan botia adalah agak bulat memanjang dan agak pipih ke samping, kepala agak meruncing pipih kearah mulut (seperti torpedo).  Badan tidak bersisik, mulut agak kebawah dengan 4 pasang sungut diatasnya patil / duri dibawah mata yang akan keluar apabila marasa ada bahaya.  Oleh karna memiliki patil itulah botia disebut si mata berduri ( thorn eyes ).  Sirip dada dan sirip perut / anal berpasangan, sirip punggung tunggal dan sirip ekor bercagak agak dalam.  
            Warna ikan kuning cerah dengan 3 garis lebar atau pita hitam lebar.  Pita pertama melingkari kepala melewati mata, yang kedua dibagian depan sirip punggung dan yang ketiga memotong sirip punggung bagian belakang sampai ke pangkal ekor.  Sirip berwarna merah oranye kecuali sirip punggung yang terpotong garis hitam. (Dartidkk2007)
Karena tampilan ikan ini menyerupai badut, botia disebut sebagai ikan badut (clown fish / clown loach ) botia juga disebut si macan karna belang tubuhnya yang seperti macan.  Botia tergolong ikan yang berukuran sedang.  Panjangnya dapat mencapai 40 cm dengan berat sekitar 450 gr.  Botia tergolong ikan berumur panjang, dapat mencapai umur sekitar 20 tahun.

Adapun menurut  Ghufran dan Kordi (2009) perbedaan dari ketiga spesies ikan botia ini adalah sebagai berikut :
1.      Botia Macracanthus
Spesies Botia macracanthus merupakan spesies yang mempunyai warna paling indah.  Warana dasar spesies ini kuning keemasan atau sawo matang yang dibalut warna hitam atau pita hitam di tiga tempat.  Pita hitam ini mirip selendang, yang menyebabkan botia disebut sebagai ratu ikan air tawar.  Pita hitam pertama memotong diatas kepala, melintas persis di mata.  Pita yang dibagian tengah tubuh agak lebar, dan yang melintas di pangkal ekor merambat sampai sirip punggung.  Spesies ini hanya terdapat di Indonesia, terutama Sumatera dan Kalimantan.

2.       Botia Hymenophysa
Mempunyai warna dasar abu – abu atau kecoklatan, dengan bagian perut berwarna keperakan.  Bentuk tubuhnya mirip spesies Botia macracanthus,hanya saja ukurannya lebih panjang.  Pada tubuhnya terdapat 12 -14 pita tegak berwarna kebiru – biruan bertepi hitam.  Yang berwarna pucat lebih lebar. Pada sirip punggung terdapat 12 – 13 jari – jari bercabang, dan terdapat bercak dan garis warna pada ujung sirip punggung.  Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, dan Malaysia.

3.      Botia Reversa
Spesies ini berwarna dasar abu – abu atau kecoklatan.  Bentuk tubuh dan kepala mirip spesies Botia hymenophsa.  Pada tubuhnya terdapat 12 pita tegak berwarna hitam. Pita yangb berwarna gelap lebih lebar dari pada yang pucat. Pada sirip punggung terdapat 9 – 11 jari – jari bercabang.  Spesies ini ditemukan di sungai – sungai di dataran tinggi.  Terdapat di Sumatra, Kalimantan, dan Jawa.



2.3.  Penyebaran
            Penyebaran ikan botia sangat luas yaitu di sungai-sungai Sumatera bagian Selatan dan Kalimantan.  Hidup dalam kelompok mulai dari hulu sampai ke muara.  Daerah penangkapan ikan ini adalah diperairan yang tenang yaitu rawa-rawa dan sungai bagian hilir.  Anak- anak botia umumnya ditangkap di “nursery ground” yaitu ditempat air pasang sampai ke hilir sungai.  Penangkapan dengan bubu dari bambu dipasang di mulut sungai ke rawa-rawa. (Darti dkk. 2007)
2.4.  Habitat
            Daerah sungai dengan kondisi air ber pH yang agak asam antara 5,0 - 7,0  suhu 24 - 300C merupakan habitat ikan botia.
Perairan jernih dengan batu-batuan dasar merupakan tempat botia tinggal. Dari survey yang dilakukan di daerah Sumatera Selatan (sungai Musi) diketahui anak-anak botia hidup di daerah yang berarus lemah, dasar lumpur dan keruh dengan kedalaman 5-10  m.
Sementara induknya berada di daerah dengan arus kuat (hulu) yang jernih dan kasar berpasir dan bebatuan maximum kedalaman adalah sekitar 2 m.  Ikan botia hidup di dasar perairan (termasuk ikan dasar), yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal).  Termasuk ikan yang pemalu sehingga lindungan atau sembunyian dalam pemeliharaan amat diperlukan.  (Darti dkk. 2007)
2.5.   Kebiasaan makan
            Pada waktu malam botia mencari makan dengan menggunakan sungut sebagai peraba, memangsa berbagai cacing dan organism lain yang ada di perairan.ikan botia  termasuk ikan omnivora atau makan apa saja walaupun pakan hidup lebih disukai. Sebagai ikan dasar maka pakannya adalah organisme dasar perairan seperti cacing baik cacing rambut (Tubifex sp) merupakan salah satu pakan yang baik karna mengandung pigmen yang dapat memperindah warna botia atau larva insekta dasar seperti cacing darah (Chironomus sp.) dan pellet dengan kandungan protein 30%.Penelitian yang mengamati di alam pada lambung botia juga ditemukan udang-udang kecil. (Darti dkk. 2007)
2.6.    Reproduksi
            Belum diketahui bagaimana ikan botia berkembang biak di alam.  Hanya saja anak-anak ikan ini banyak ditangkap pada musim hujan yaitu bulan oktober sampai januari,yang mengindikasikan saat itu adalah saat botia memijah.  Sementara pada musim kemarau tidak ada anak botia di alam.  Pemijahan yang dilakukan di lingkungan budidaya adalah dengan teknologi stimulasi hormon untuk merangsang pemijahan dan pembuahan yang dilakukan dengan cara buatan. (Darti dkk. 2007)
Bila hendak memijah, botia yang sudah matang gonad akan berenang melawan arus menuju hulu sungai yang berair dangkal. Disepanjang sungai yang dangkal dan jernih itu induk botia akan memijah. Setelah memijah, ikan akan kembali ke hilir mengikuti aliran sungai. Saat memijah, botia melepaskan semua telur – telurnya secara serempak.
Telur botia yang telah dibuahi akan menetas 14 – 26 jam setelah pembuahan. Anak – anak ikan botia berkelompok dalam jumlah besar sehhingga mudah ditangkap dalam jumlah banyak.botia mulai matang gonad setelah ukurannya ± 40 gr untuk botia jantan  dan untuk botia betina ± 70 gr, atau panjangnya lebih dari 15 cm. penelitian yang dilakukan oleh Darti dkk. (1999), menemukan bahwa indukan dengan ukuran 22 – 23 cm merupakan indukan dengan perkembangan gonad tercepat dan terbanyak.
Pengamatan histologigonad ikan botia yang dilakukan oleh Susanto (1996), membagi tingkat kemetangan gonad (TKG) menjadi 6 fase, yaitu sebagai berikut :
1.      TKG 1.  Sel telur baru mengalami perbanyakan dari sel epitel dan membentukoogonia.  Kumpulan oogeniaberbentuk bulat yang dilapisi oleh satu dinding epitel.  Sitoplasmanya berwarna merah jambu dengan nucleus yang besar
2.      TKG II.  Ootgonia berkembang menjadi oositdenagn sitoplasma yang bertambah besar dengan nucleus yang terletak ditengah – tengahnya.  Selama perkembangannya, oosit ditutupi satu baris epitel.  Diameter oosit berkisar antara 100 – 150 um.
3.      TKG III.  Fase ini adlah fase berkembangnya dinding sel.  Oosit semakin membesar dan inti sel mulai tampak.  Sitoplasma yang berwarna biru merupakan awal / persiapan vitelogenesis.  Diameter telur antara 200 – 300um
4.      TKG IV.  Membrane inti mulai tampak berwarna terang, melingkari inti sel. Inti berwarna merah jambu sedangkan sitoplasma berwarna biru yang lebih terang dibandingkan pada TKG II dan III.  Pada fase ini vitelogenesis berlangsung dan mulai terbentuk granula dan vakuola pada sitoplasma.  Juga mulai terbentuk zona radiate yang berasal dari sel epitel.  Diameter telur antara 300 – 500 um.
5.      TKG V.  Pada fase ini nucleus tampak jelas dengan granula yang masih kasar. Sitoplasma berwarna biru, sedangkan nucleus berwarna merah jambu agak cerah dibandingkan dengan cairan yang mulai mengalami deregerasi.  Lapisan zona radiate tampak lebih jelas, tersusun dari sel berbentuk kubus dan sel tiang.  Diameter telur antara 500 – 600 um.
6.      TKG VI.  Fase ini merupakan fase maksimum perkembangna oosit, dimana sudah mengalami perkembangna optimal dengan vakuola yang berukuran besar dan jumlahnya sangat banyak.  Nucleus serta granula tampak lebih jelas, memenuhi sitoplasma.  Dinding folikel terdiri atas zona radiate, teka interna dan eksterna.  Pada bagian tertentu dari teka terdapat epitel yang menipis, membentuk mikrofil.  Diameter telur mencapai kisaran antara 600 – 700 um.

Dalam penelitian disebutkan pula bahwa implantasi hormone LHRH-a dosis 100 ug/kg bobot induk cukup efektif memacu pematangan gonat ikan botia diluar musim pemijahan. Induk matang gonad disuntik dengan ovaprim 1,5 ml/kg bobot induk sebanyak 2 kali dengan interval waktu 8 jam.  Induk betina memijah setelah 10 jam setelah penyuntikan kedua.
Pengeluaran telur dan sperma dilakukan secara diurut ( stripping ).  Sperma dan telur disatukan hingga merata agar terjadi pembuahan ( fertilisasi ).  Telur akan menetas dlam 15 – 26 jam setelah pembuahan.  Larva botia mulai makan setelah berumur 3 hari, setelah yolksalknya habis.  Pada umur 25 – 30 hari benih botia sudah mencapai ukuran 2,5 cm.
2.7.  Pemilihan induk
            Hingga saat ini, induk botia masih berasal dari alam atau harus dibeli di tempat penangkapan.  Induk kemudian dipelihara dalam tempat pemeliharaan yang tertutup atau wadah pemeliharaan yang tertutup agar sinar tidak masuk.  Adaptasi untuk matang gonad ikan ini agak lama sekitar 8-10 bulan.  Induk yang matang gonad ditandai dengan gendutnya induk betina.
Cara kanulasi atau kateterisasi merupakan cara yang paling efektif untuk menentukan kematangan gonad.  Apabila ukuran telur sudah mencapai 1,1 - 1,2 mm ikan dapat dipijahkan.  Untuk induk jantan dapat dilihat dengan pengurutan dan bila sudah dapat keluar sperma yaitu cairan putih susu berarti dia sudah matang gonad.(Darti dkk. 2009)
Media air yang digunakan dapat berupa air sumur, air sungai, atau air PAM yang telah diendapkan selama 24 jam.  Dalam media pemeliharaan setinggi 45–50cm, botia ditebar dengan kepadatan 6 – 8 ekkor/m2.  Calon induk diberi pakan berupa cacing sutra dan cacing tanah secukupnya.  Selain itu induk juga diberi pakan berupa pellet dengan kandungan protein minimal 35 %, lemak 6 – 7 %, serta mengandung vitamin C dan E.  Dalam 6 -8 bulan pemeliharaan 40 % calon induk sudah matang gonad.

0 komentar:

Posting Komentar

Harga Blog Ku!!

anda pengunjung yang ke

cluster map

Laman

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

free counters

mesin waktu

/dragon3.an

kamus

Cari Blog Ini

jadwal Shalat

ym